Antisipasi Dampak El Nino, BSIP Kalbar dan PSITP Lakukan Koordinasi LTT Pajale Kalimantan Barat
El Nino merupakan fenomena alami yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya, yang menyebabkan perubahan pola cuaca global berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah. El Nino menyebabkan musim kemarau yang lebih kering dan lebih panjang dari biasanya pada daerah-daerah tertentu. Dalam sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian.
Menindaklanjuti hal tersebut, Jum'at (21/7), Kepala BSIP Tanaman Pangan/Pusat Standardisasi Instrumen Tanaman Pangan (PSITP), Dr. Ir. Priatna Sasmita, M.Si. selaku Tim Supervisi dan Pendampingan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Utama Kementerian Pertanian Provinsi Kalimantan Barat bersama Kepala BSIP Kallbar, Anjar Suprapto, S.T.P., M.P., melaksanakan pertemuan Rapat Koordinasi LTT Pajale Kalimantan Barat. Kegiatan dilakukan secara offline dan daring yang diikuti oleh Dinas Pertanian di 14 Kabupaten/Kota Kalimantan Barat serta Tim Koordinator Wilayah BSIP Kalbar di Ruang Rapat BSIP Kalimantan Barat dan dimoderatori langsung oleh Kepala BSIP Kalimantan Barat.
Dalam hal ini, Kepala PSITP menyampaikan beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pembangunan pertanian salah satunya perubahan iklim dan iklim ekstrim seperti El Nino. "El Nino pada sektor pertanian berdampak pada kekeringan, gangguan musim tanam, penyakit dan hama, penurunan kualitas tanaman, dan ketidakstabilan pasar yang tentunya akan berdampak pada kesejahteraan petani," tutur beliau.
Sehingga upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di Sektor Pertanian yang dapat dilakukan adalah melalui percepatan tanam, peningkatan ketersediaan air (perbaikan embung/rehabilitasi jaringan irigasi tersier), program tanam 1000 ha, serta penyiapan lumbung pangan sampai tingkat desa.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Ir. Florentinus Anum, M.Si., menyampaikan bahwa puncak El Nino di Kalimantan Barat diperkirakan terjadi di bulan Agustus mendatang, dimana kabupaten yang berpotensi terjadi El Nino yaitu Kubu Raya, Mempawah, Ketapang, dan Kayong Utara. Sebagai langkah percepatan tanam dalam upaya antisipasi El Nino, Dinas TPH Prov. Kalbar telah melakukan koordinasi dan kunjungan lapang di Kabupaten/Kota serta penyerahan bantuan benih bersertifikat. Beliau juga memaparkan bahwa berdasarkan data LTT, capaian luas tanam padi periode Okt-Juni 22/23 terhadap Okt-Juni 21/22 masih ada selisih sekitar 13.84%, hal ini tentunya menjadi tugas kita untuk mengejar ketertinggalan capaian LTT di beberapa wilayah Kab/Kota di Kalimantan Barat.
Di sisi lain, Kepala Stasiun Klimatologi Mempawah Kalbar, Luhur Tri Prayitno, S.P., M.Ling., menjelaskan perubahan iklim dan dampak El Nino di Kalimantan Barat dimana update indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) awal Juli sebesar +0.94 (El Nino level lemah) dan telah diprediksi BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia bahwa El Nino akan terjadi dengan level lemah hingga moderat pada semester II 2023 ini. Beliau juga menjelaskan dampak El Nino terhadap curah hujan yaitu pengurangan curah hujan di bulan Juni-November dan penambahan curah hujan di bulan Desember sampai Mei.
"Secara umum curah hujan di wilayah Kalimantan Barat antara 101-300 mm dengan sifat hujan berada di bawah normal hingga normal. Diperkirakan sifat hujan dibawah normal terjadi di bulan November 2023 di sebagian kab/kota seperti Kubu Raya dan Ketapang, sedangkan sifat hujan diatas normal terjadi di bulan Desember 2023 di Kab. Mempawah dan Kapuas Hulu," tambahnya.
Diskusi aktif dilakukan beberapa perwakilan Kab/Kota terhadap target dan capaian LTT di setiap wilayah, faktor penurunan data LTT, dan kendala yang terjadi dilapangan, serta berbagai saran dan masukan lainnya. Kepala PSITP mengapresiasi komitmen Dinas Pertanian di 14 Kab/Kota yang siap mengejar capaian target LTT mendukung peningkatan produktivitas di Kalimantan Barat.
Melalui pertemuan hari ini, diharapkan koordinasi dan kolaborasi tetap terjalin untuk membangun pertanian di Kalimantan Barat.